Senin, 08 Juni 2009

Perencanaan Pengelolaan Keuangan dan KPR

Pertanyaan : Tgl 8 Juni 2009


Kepada P. djaja ditempat.Saya seorang Ibu,33th.karyawan swasta dgn gj

3jt/bln.suami dgm gj 1jt/bln.anak 5th.saya dan suami berencana ingin

beli rumah dgn cara KPR.sedang harga rumah Rp180jt dan dp 30% dr harga

rmh.skrg baru ada tabungan 20jt.Bgmna perencanaan pengelolaan keuangan

yg baik agar kami bisa cpt dpt kepemilikan rumah?Sebelum dan

sesudahnya saya ucapkan terima kasih.salam

(Dari Seorang Ibu di Jakarta)



Perencana Keuangan menjawab:


Ibu yang Terhormat, Trimakasih untuk pertanyaannya, berdasarkan informasi yang Ibu berikan saya menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:


1. Total Gaji Ibu dan Suami sebesar Rp. 4 Juta per bulan

2. Ibu berumur 33 tahun dan Anak berumur 5 tahun

3. Mau beli rumah Rp. 180 jt dengan DP 30%

4. Baru memiliki dana di tabungan Rp. 20 Juta.


Ibu, saya langsung berbicara menggunakan prinsip besaran exposure debt ratio yang masih dikatagorikan sehat menurut ilmu perencanaan keuangan yaitu besarnya tidak boleh lebih dari 30% penghasilan keluarga, maka saya menyimpulkan banyak cicilan bulanan KPR yang cocok untuk Ibu adalah sebesar maksimal Rp. 4 juta x 30% atau equivalent dengan Rp. 1.200.000,- perbulan.


Apabila KPR itu pun disetujui maka besarnya KPR 70% menjadi Rp. 126 juta yang apabila diasumsikan bunga 14% per tahun dengan masa KPR 15 tahun , maka cicilan Ibu perbulan menjadi Rp. 1.678.000,- per bulan yang artinya sudah menjadi 41,95% dari penghasilan keluarga yang artinya sudah tidak sehat lagi. Memang kalo dilihat dari sini aja kita akan menjadi pesimistis. Tapi kalo hanya berpatokan pada itu saja, yah Ibu bisa gak punya punya rumah nantinya.

Jadi jangan berputus asa Ibu, karena selalu ada jalan keluarnya asalkan kita memang siap menanggung segala resiko dan beban yang memang harus dijalankan. Sayang sekali Ibu tidak memberikan informasi detail mengenai keadaan keuangan Ibu sekarang seperti pengeluaran biaya bulanan keluarga dan pengeluaran lainnya kalo ada, sehingga saya tidak bisa memberikan masukan secara lebih detail.

Tapi begini lo Bu, Saya sudah mengerti bahwa rencana jangka pendek Ibu sekarang adalah ingin memperoleh rumah karena mungkin selama ini mengontrak (ini asumsi saya). Jadi mari kita sama-sama berasumsi sebagai berikut: (Ini asumsi saya sebagai contoh ilustrasi pengelolaan pengeluaran bulanan.)

Gaji per bulan =============>Rp. 4.000.000,-

Tabungan Keluarga =========>( Rp. 400.000,-) ========> minimal 10% dari Penghasilan

Tabungan Pendidikan Anak ===>( Rp. 300.000,-) ========> banyak tersedia di Bank atau Asuransi

Belanja Bulanan &Harian =====>( Rp. 900.000,-) ========> belanja sesuai kebutuhan bukan keinginan

Listrik dan Telpon ==========>( Rp. 200.000,-) ========> coba berhemat listrik dan pulsa

Biaya Asuransi Jiwa & Hospital =>( Rp. 200.000,-) ========> penting untuk menjaga keuangan keluarga

--------------------------------------------------+

Sisa Uang (Free CF) ======>Rp. 2.000.000,-

Nah sekarang saya berasumsi sudah mengetahui Free Cash Flow Ibu adalah sebesar Rp. 2 juta perbulan. Mari sekarang kita mencari rumah yang cocok untuk Ibu yang mana uang mukanya sekitar Rp. 20 juta dan cicilan KPR nya maksimal Rp. 2 juta perbulan.

Saya melihat masih banyak rumah di daerah Pamulang II (Serpong, Tangerang) yang harganya berkisar Rp. 140 juta- 150 juta an (sudah termasuk biaya surat) seperti type 31/86 dan 31/96 (type 2 kamar). Uang muka Ibu sebesar Rp. 20 juta pasti bisa untuk membayar uang muka, andaikata kurang sedikit Ibu bisa bernegosiasi untuk meminta perpanjangan pembayaran sisa uang muka yang masih kurang. Maklum sekarang memang timingnya untuk beli rumah karena banyak yang discount Bu. Apabila asumsi KPR Rp. 130 juta maka dengan bunga 14% per tahun , 15 tahun maka cicilan Ibu perbulan menjadi Rp. 1.731.000,- per bulan yang artinya masih bisa dicover dari free cash flow Ibu yang sebesar Rp. 2 juta di atas. Sisa dananya bisa ditabung atau diinvestasikan ke reksadana sebesar Rp. 270.000,- perbulan atau untuk menambah dana darurat keluarga.

Bu, saya memang tidak tahu jelas dimana Ibu hendak membeli rumah , pilihan di daerah lokasi mana, tapi yang jelas di Bekasi Barat, Bekasi Timur, Pamulang, Depok, Tangerang masih banyak pilihan rumah yang dibawah Rp. 150 juta an bahkan sekitar Rp. 80 juta- Rp. 100 juta an untuk type semi realestatenya atau type RS Plus. Yang Ibu harus lakukan adalah melakukan survei atau datang ke pameran2 rumah yang sering diadakan di JHCC atau di tempat lainnya, pelajari apakah sesuai dengan kriteria kemampuan Ibu baik dari segi uang muka dan cicilan, lakukan negosiasi yang tepat bila memang uang muka kurang kurang sedikit minta dipanjangkan cicilan uang mukanya, tapi lebih bagus lagi sih langsung uang muka cash karena pasti ada discount tambahan. Juga jangan lupa pilih Bank yang tepat yang bunganya kompetitif.

Saya anjurkan bila Ibu dan Suami tetap bersikeras untuk memperoleh rumah dengan KPR sekitar Rp. 130 jutaan , maka jika mendapatkan Bonus dari pekerjaan, segera lakukan pelunasan partial, supaya pinjaman KPR ini bisa lunas lebih cepat dan menurunkan debt service ratio Ibu supaya tidak lebih dari 30% . Tapi sebagai pertimbangan buat Ibu bahwa sebenarnya cara seperti ini tergolong agresif dan akan membuat Ibu benar-benar mengencangkan ikat pinggang, belum lagi kalo ternyata ilustrasi pengeluaran bulanan diatas adalah jauh dibawah dari realisasi pengeluaran yang Ibu dan keluarga lakukan sehingga Free Cash Flow Ibu tidak sampai Rp. 2 juta perbulan. Jika demikian saya anjurkan untuk Legowo dan menarima kenyataan bahwa Ibu masih belum dalam kapasitas untuk memiliki rumah sekitar Rp. 150 juta an tadi, maka Ibu harus puas dan bersyukur untuk memilih rumah yang harganya Rp. 100 juta saja sehingga KPR cukup Rp. 80 juta , 15 tahun, 14% pertahun dan cicilan perbulan menjadi sekitar Rp. 1,1 juta perbulan. Biasanya banyak rumah dengan type 29/72 dengan konsep rumah tumbuh , yah pelan-pelan ada tabungan lebih bisa dialihkan untuk merenovasi rumah secara bertahap, sehingga tidak memberatkan Ibu. Harus diingat segala sesuatu yang dipaksakan, juga belum tentu baik, harus selalu ada margin safety. Yah margin safetynya adalah seperti hitungan sebelumnya bahwa debt service ratio sebaiknya tidak lebih dari 30% dari pendapatan. Jadi jangan takut pilihan memang ada dan pilihlah yang tidak memberatkan Ibu. Hayo segera survey dan pergi ke pameran-pameran perumahan. Harus cerdik dan pintar menghitung Bu dan Ibu pasti bisa. Saya sangat menganjurkan pilih rumah yang sesuai dengan budget dan kapasitas keuangan Ibu, jangan dipaksakan rumah Rp. 180 juta yang Ibu impikan sebelumnya. Sehubungan dengan itulah Bank dalam analisa kreditnya seringkali memperhatikan Debt Service Ratio yang 30% ini. Melalui ilustrasi yang saya buat Ibu dapat membuat ilustrasi kondisi keuangan Ibu yang sesuai dengan riilnya, bila ternyata free cash flow Ibu rendah sekali, coba pelajari lagi dengan seksama kenapa dan eliminasi pengeluaran pengeluaran yang tidak perlu dengan melakukan pengeluaran dengan bijak.

Jangan lupa akan tujuan keuangan keluarga yang lainnya yang saya sudah ilustrasikan diatas seperti dana pendidikan anak, dana pensiun, dana darurat keluarga, dan asuransi untuk menjaga kesinambungan atau mengurangi efek negatif terhadap keuangan keluarga bila sesuatu masalah terjadi. Semua perencanaan keuangan ini memerlukan analisa data keuangan yang akurat yang disesuaikan dengan tujuan keuangan keluarga dan risk profile serta kondisi keuangan masing-masing orang. Demikian juga menghitung dana pendidikan dan dana pensiun, haruslah berhati-hati jangan sampai uang yang Ibu simpan tidak bisa mengejar kenaikan biaya inflasi per tahun yang menurunkan daya beli dari uang tersebut. Jangan sekedar menabung atau sekedar membeli produk pendidikan anak, tapi pastikan bahwa produk atau investasi yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan atau tujuan keuangan Ibu.

Saya doakan Bu, semoga Rahmat Allah menyertai Ibu Sekeluarga dan semoga cita-cita Ibu bersama Suami untuk memiliki rumah sendiri menjadi Rahmat yang membahagiakan Keluarga. Salam Sejahtera untuk Ibu Sekeluarga.




Kamis, 04 Juni 2009

Pengelolaan Keuangan Pribadi dan Usaha

Pertanyaan : (Tgl. 30 Mei 2009)

Pak Djaja,

Salam hormat dan salam kenal,

Saya ibu rumah tangga dengan 2 orang putri, yang pertama usia 3,5 tahun dan yang bungsu masih 3 bulan.
Saat ini saya bekerja full time di sebuah PMA, dan memiliki beberapa usaha , yaitu jasa penyewaan gudang dan sebuah warnet. Suami saya menjalankan usaha percetakan dan sablon kecil-kecilan. Dalam mengelola usaha, saya dibantu suami dalam hal operasional, karena saya masih terikat kontrak dan belum bisa resign dan mengurus usaha sepenuhnya.

Masalah yang saya hadapi yang sampai saat ini masih menjadi benang ruwet di kepala saya adalah pemisahan dan pengelolaan keuangan keluarga dan usaha. Terus terang saya sudah berkali-kali menerapkan berbagai system keuangan dengan tujuan mengetahui arus kas dan posisi keuangan kami sebenarnya, tapi selalu gagal. Semua keuangan kami masih campur aduk tidak karuan, meski semua pengeluaran dan pemasukan sudah saya catat dengan rinci tetap saja saya merasa keuangan kami masih tidak benar. Salah satu penyebabnya adalah ketika saya harus menggunakan dana salah satu usaha untuk keperluan usaha lainnya, serta ketidak patuhan suami dalam memisahkan keuangan dan biaya operasional, antara usaha satu dengan lainnya serta keuangan pribadinya.

Sebagai informasi Bapak, saat ini kami memiliki 4 rekening di bank dan satu rekening deposito. Rekening 1 untuk usaha, Rekening 2 untuk gaji saya dan biaya rumah tangga, rekening 3 untuk tabungan pendidikan dan dana cadangan mendadak, serta rekening 4 untuk dana abadi.

Kami mohon saran Bapak, bagaimana cara yang efektif untuk mengatasi permasalahan kami, termasuk menyadarkan suami untuk patuh pada system keuangan yang kami terapkan. Saya sangat mengharapkan saran Bapak dan terima kasih atas sarannya.

(Dari Seorang Ibu di Surabaya)

Jawaban:

Salam Hormat dan Kenal, Ibu
Saya coba simpulkan beberapa hal tentang Ibu yaitu :
Ibu mempunyai 2 orang putri yang masih kecil-kecil dimana yang satu berusia 3,5 tahun dan yang satu lagi berusia 3 bulan.
Keluarga mempunyai 3 bidang usaha yaitu “Jasa Penyewaan Gudang”, “Warnet” , dan “Percetakan plus Sablon”.
Istri masih bekerja di PMA dan suami mengurus operasional Usaha Keluarga.
Ibu membagi rekening 4 rekening Bank untuk pemisahan sesuai kebutuhan.
Pertanyaan Ibu seputar pengelolaan keuangan yang tecampur baur antara pengeluaran pribadi dan usaha serta antara usaha yang satu dengan yang lainnya.

Ibu , saya sangat menyadari bahwa ternyata kita seringkali menggampangkan segala sesuatu karena kita berpikir toh ini kan hanya masalah kantong kiri dan kantong kanan toh dua-duanya punya kita, maka kalo ada kebutuhan yah langsung aja ambil di kantong yang ada duitnya. Akhirnya kita jadi semrawut dan seenaknya memakai dana yang satu untuk kebutuhan dana yang lain. Lalu karena kebutuhan pengeluaran begitu cepat akhirnya mulai menggampangkan segala sesuatu dan bahkan pengeluaran mulai kadang-kadang dicatat dan kadang kadang tidak dicatat lalu bon-bon mulai ditumpuk dan lama-lama sudah mulai ada yang hilang dan lupa untuk pengeluaran apa.

Ibu bercerita bahwa sudah memakai berbagai system keuangan, tapi selalu aja gagal. Menurut saya yah jelas gagal karena system keuangan itu adalah buatan manusia dan untuk bisa berhasilnya system keuangan haruslah ada prosedur yang jelas yang harus diikuti dengan disiplin dan tegas supaya system itu sungguh-sungguh berjalan. Menurut saya untuk memperbaiki masalah Ibu, maka beberapa hal berikut harus dijalankan:

1)Ibu dan Suami harus punya komitmen yang kuat untuk memperbaiki system keuangan keluarga dan usaha sehingga menjadi jelas adanya. Jangan dicampur adukkan antara pengeluaran pribadi dan pengeluaran usaha.

2)Cukup membeli system accounting yang mudah saja, dan jalankan system dan prosedur yang benar untuk tiap-tiap usaha. Ada baiknya Ibu memisahkan rekening dari masing-masing usaha dan jangan digabung, lalu buat system dan prosedur penerimaan dan pengeluaran untuk masing-masing usaha. Ibu dapat dengan membuat buku penerimaan dan buku pengeluaran untuk masing-masing usaha. Lalu lakukan pencatatan dengan menfiling bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran dari tiap usaha secara terpisah.

3)Ibu dapat memperkerjakan lulusan D3 Akuntansi yang bisa computer untuk memposting seluruh jurnal dari penerimaan dan pengeluaran untuk tiap usaha secara terpisah sehingga setiap akhir bulan laporan keuangan dapat diproses untuk mengetahui laporan keuangan serta Cash Flow dari masing-masing usaha. Bila Ibu ingin mengerjakannya sendiri juga bisa asalkan bukti-bukti pengeluaran dan penerimaan dicatat dengan rapi oleh Suami Ibu yang menjalankan operasional, lalu sore hari sepulang kerja, Ibu harus memposting seluruh transaksi harian tersebut dari masing-masing usaha secara terpisah. Ingat jangan ditunda terlalu lama, karena nanti tambah berat pekerjaannya.

4)Ibu harus membuat rekening terpisah untuk masing-masing usaha, jadi kalo usahanya 3 yah rekeningnya buat aja 3 rekening bank terpisah supaya jelas transaksinya. Bila ada pinjam meminjam antara satu usaha dengan usaha yang lain, masih diperbolehkan asalkan jelas pencatatatannya dimana yang satu mengakui hutang dan yang lain mengakui piutang. Supaya pada akhir bulan kita tahu sebenarnya mana usaha yang benar-benar untung dan mana usaha yang rugi, mana yang surplus dan mana yang deficit. Sedangkan untuk pengeluaran pribadi, Ibu tetapkan aja system gaji dimana Ibu dan Suami mengambil gaji dari usaha tersebut, jadi jelas berapa yang diambil dan lebih bisa bertanggung jawab dalam pengaturannya. Kalo tidak akhirnya Ibu benar-benar jatuh ke dalam system manajemen warung rokok, salah-salah uang untuk modal kerja terpakai untuk konsumsi pribadi.

5)Sekali lagi ini masalah komitmen dan kedisiplinan, tidak ada salahnya Ibu memperkerjakan tenaga administrasi untuk membantu pencatataan tersebut supaya jadi rapi dan teratur. Ingat kita tahu bahwa makan sayur-sayuran dan buah-buahan serta teratur berolah raga akan menyehatkan tubuh, tapi ternyata walaupun kita tahu tapi kita tidak melakukannya. Yah orang tidak melakukan sesuatu yang baik karena 2 hal yaitu yang pertama memang karena tidak tahu dan yang kedua karena tidak punya komitmen dan kedisiplinan. Yang paling sulit justru yang kedua itu Bu….Well…everything depends on you, whether you want to change it or not. “We should change the way we think so that we can change the way we act”.

6)Masalah rekening gabungan antara dana darurat dan dana pendidikan, kalo menurut saya itu harus dipisahkan. Khusus untuk dana pendidikan Ibu bisa ikut program tabungan pendidikan. Ada baiknya Ibu ikut tabungan pendidikan yang sudah dilengkapi dengan asuransi atau mengambil asuransi pendidikan anak sejak dini. Semua kembali lagi tergantung dari Ibu tabungan inin untuk kebutuhan pendidikan yang mana, kalo khusus untuk dana universitas yang masih jatuh tempo 15 tahun lagi yah selain dengan tabungan pendidikan tadi bisa juga dikombinasikan dengan investasi reksadana supaya hasil investasi maksimal. Namum semuanya kembali lagi kepada risk profile dari Ibu.

7)Khusus mengenai Dana Abadi, saya yakin Ibu ingin menyisihkan dana untuk masa pensiun nanti. Melihat dari umur anak-anak Ibu, saya berasumsi Ibu dan Suami berada pada kisaran umur +/- 30 tahun, yang artinya masih ada masa produktif minimal 25 tahun. Untuk dana pensiun ini, ada baiknya Ibu mulai menghitung kembali berapa kebutuhan hidup Ibu dan Suami di masa pensiun nanti dan berapa lama ekspetasi masa hidup setelah pensiun supaya Ibu bisa mengetahui berapa jumlah uang yang harus diinvestasikan tiap bulan mulai sekarang. Mengenai jenis investasi sekali lagi kembali kepada risk profile dari Ibu bersama Suami, tapi saya sarankan untuk memilih investasi yang bisa memberikan return maksimal namun dalam batas resiko yang masih bisa ditanggung Ibu dan Suami berdua.

8)Masalah proteksi resiko keuangan keluarga, apa Ibu dan atau Suami sudah mengambil asuransi perlindungan jiwa. Ini perlu karena nilai ekonomis dari seseorang perlu dilindungi dengan asuransi guna mengurangi kerugiaan yang mungkin terjadi apabila sesuatu hal terjadi dengan orang tersebut. Apalagi kalo Ibu atau Suami ada pinjaman, jelas masalah ini harus lebih diperhatikan lagi. Kalo saya biasanya menghitung kebutuhan asuransi minimal adalah dengan menghitung 60 bulan dikalikan pengeluaran biaya hidup bulanan . Artinya kalo sesuatu hal terjadi, maka kita masih punya dana 60 bulan untuk mencari sumber penghasilan lain. Ada baiknya Ibu harus menguasai semua bidang usaha yang sekarang dijalankan oleh suami, karena itu bagian dari pengelolaan resiko demi terjaganya kelangsungan hidup usaha tersebut.

9)Ibu juga bisa membaca artikel perencanaan keuangan saya mengenai mengatur dan mengelola keuangan keluarga.

Sukses Yah Bu….semuanya adalah proses pembelajaran…don’t worry…you can do it.!

Rabu, 20 Mei 2009

Masalah Mengatur Keuangan Keluarga

Pertanyaan( tgl 15 Mei 2009) :

Selamat siang pak
Saya seorang ibu Bekerja di Perusahaan swasta dan suami saya juga pekerja di Instansi pemerintah (statusnya hanya magang)
Saya ingin bertanya seputar masalah keuangan keluarga karena sy menyadari sy bekerja di bagian keuangan tapi sulit sekali
untuk mengatur keuangan Keluarga sendiri.
Kondisi keuangan saya saat ini adalah besar pasak dari pada tiang dan dikarenakan juga suami saya menerima penghasilan harian
tidak bulanan.
Pertanyan saya adalah :
1. Bagaimana caranya saya mengatur keuangan yg kondisinya saat ini besar pasak dr pada tiang?
2. Dan bagaimana cara mengatur penghasilan suami yg harian karena saya sulit sekali untuk mengaturnya?
3. Bagaimana kalau sy menutup hutang sy dengan meminjam di Bank lain yg bunganya lebih kecil (flat) dan konsekwensinya
di bank terebut kt dapat melunasi hutang dengan tanpa perlu membayar bunga.

Mohon pencerahannya

Terimakasih. (Ibu W di Jakarta)

Perencana Keuangan Menjawab:

Terimakasih untuk pertanyaannya. Saya coba jawab sebagai berikut.

1. Mengenai masalah pengeluaran yang besar pasak dari pada tiang, saya udah membahasnya .Masalah keuangan keluarga ini memang kompleks dan kami sudah membahasnya dalam pembahasan di Artikel Masalah Perencanaan Keuangan Keluarga . Singkatnya anda harus pintar-pintar memaksimalkan sumber penghasilan anda dan meminimalkan pengeluaran anda dengan mengatur dan mengelola anggaran belanja keluarga dengan bijaksana demi tercapainya Tujuan atau Rencana Keluarga anda. Silahkan klik link diatas untuk membaca detil pembahasannya.

2. Memang terus terang kalo harian itu memang lebih sulit dibanding gaji bulanan, tapi perlu disadari bahwa gaji harian misalkan 25 hari x Rp. 40.000/hari itu sama dengan Rp. 1 juta sebulan. yah cobalah berpatokan dari hasil estimasi gaji bulanan tersebut sehingga memudahkan untuk melakukan penghitungan distribusi pengeluarannya. Saya tahu kesulitannya adalah pada waktu uang itu dibutuhkan ternyata uangnya belum terkumpul karena gajinya harian yang mungkin dibayarnya tiap minggu, kalo tiap bulan yah tentu tak akan bermasalah. Jadi begini Ibu harus berprinsip uang harian yang dikumpulkan di bulan lalu itu yang digunakan untuk distribusi pengeluaran di bulan berikutnya. Jadi bukan penghasilan dari bulan berjalan yang dibagi-bagi untuk pengeluaran di bulan berjalan...itu akan lebih sulit. Coba Ibu bicara ke Suami minta ke instansi untuk ditingkatkan jadi karyawan tetap sehingga juga ada tambahan allowances untuk suami Ibu seperti uang transport, uang kesehatan, jamsostek dsbnya.

3. Ibu hati-hati dengan bunga Flat karena bunga flat yang kelihatannya kecil tapi sebenarnya kalo dihitung efektif bisa 2 kali lipatnya. Saya tidak tahu Ibu melakukan pinjaman untuk apa, tapi pada dasarnya melakukan refinance melalui bank dengan suku bunga yang lebih rendah adalah sah-sah aja karena ada incremental benefitnya/keuntungannya untuk Ibu. Tapi harus dibandingkan apple to apple jadi kalo bunga efektif dibanding juga dengan bunga efektif dan juga jangka waktu yang sama supaya tidak salah analisa. Yah syukur juga kalo kita bisa melakukan pelunasan lebih awal tanpa dikenakan penalty. Masing-masing Bank memiliki kebijakannya masing-masing yang jelas tidak ada Bank yang mau rugi. Bagaimanapun berhati-hatilah dalam berhutang kalo tidak perlu. Setiap hutang itu harus jelas untuk apa , berapa bunganya, jangka waktunya dan cara pengembaliannya. Jangan berhutang untuk tujuan yang konsumtif yah Bu.

Selamat untuk Ibu. Sukses Selalu....Ibu pasti bisa melakukannya.

Minggu, 17 Mei 2009

Perencana Keuangan | Masalah Investasi Properti

Pertanyaan : (Tgl 17 Mei 2009)
Saya ibu rumah tagga mau tanya. Bagaimana cara berinvestasi properti/rumah kos-kosan. Anak saya yang akan menjalankan. Sekarang dia tinggal di jkt.sudah 10bulan untuk mencari peluang di bisnis ini. Anak saya tamat sekolah tinggi perbankan di padang dengan gelar s1 Ekonomi. Dia pernah ikut seminar purdi echandra. Dia mencari pak Purdi ngak ketemu. Sambil menunggu peluang anak saya belajar beli saham di salah satu sekuritas di Jakarta. Lantaran saham investasi beresiko tinggi takut juga bermain di sini. Saya mau tanya dimana belajarnya properti ini sekian trimakasih. (Ibu Ri, Ibu Rumah Tangga)


Perencana Keuangan Menjawab:
Ibu yang baik, saya senang mendengar berita dari Ibu dimana Ibu sebagai Ibu Rumah Tangga tetap optimis dan selalu mencari alternatif bidang usaha yang bisa memberikan penghasilan yang baik untuk keluarga. Mengenai pertanyaan Ibu soal investasi di properti khusus kos-kosan ini belajarnya di mana. Menurut saya pertama-tama, anak ibu dapat membeli buku-buku seputar investasi properti yang ada di toko-toko buku seperti Gramedia dsb sehingga mulai mengerti gambaran dan strategi yang harus dijalankan dalam melakukan investasi properti, bila memang ingin mendalami lebih jauh lagi seputar masalah properti dapat juga belajar di
Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) yang dikelola oleh Bp. Panangian Simanungkalit, atau dapat mengikuti Seminar-seminar seputar Investasi Properti yang ada, yang salah satu dibawakan oleh Bp. Tung Desem Waringin.

Kalo menurut saya, yang terpenting adalah melakukan riset terlebih dahulu daerah mana saja yang cocok untuk investasi kos-kosan , tentunya daerah yang bagus adalah yang dekat perkantoran, seperti di daerah karet atau belakang Mal Ambasador, daerah Tebet, daerah dekat Kuningan Rasuna Said, atau dekat Sudirman dan Thamrin. Sedangkan yang dekat Universitas yang seperti di daerah Grogol, Palmerah, Depok dekat UI dan Gunadarma, dsb. Dimana di daerah tersebut permintaan akan kos-kosan cukup tinggi. Anda dapat melakukan riset untuk masalah lokasi ini. Lalu mulai mencari listing kos-kosan yang mau dijual yang berada di daerah yang anda targetkan. Begitu dapat data, mulai lakukan analisa berapa harga wajar properti tersebut, berapa penghasilan dari properti kos-kosan tersebut sekarang, apa masih bisa ditingkatkan penghasilannya lalu berapa tambahan biaya yang diperlukan supaya penghasilan dapat meningkat, bagaimana sumber pendanaannya, apakah investasi ini menarik atau tidak? Strategi anda adalah memperoleh properti kos-kosan yang harganya undervalue atau setidaknya masih berada dalam batasan fair value, sudah terisi penuh sebisa mungkin, bisa menggunakan dana bank yang bisa mengurangi penggunaan 100% dana sendiri misalnya 70% dana bank, penghasilan dari kos-kosan sudah mampu membayar cicilan bank bulanan anda dan lebih bagus lagi masih ada lebihnya sehingga sungguh investasi ini memiliki economic value added yang bagus. Jadi kalo anda punya uang Rp. 1 Milyar mau beli properti, maka strateginya adalah berusaha mendapatkan properti kos-kosan yang bisa memberikan penghasilan di atas bunga deposito apabila uang Rp. 1 Milyar itu hanya ditaruh di bank saja. Kalo mau penghasilan lebih maksimal lagi dan capital gain yang juga lebih maksimal bisa juga dengan melakukan leveraging dengan menggunakan dana pihak ketiga umumnya Bank melalui KPR. Tapi ingat jangan salah memilih properti , karena anda harus yakin bahwa pada saat anda membeli properti itu anda sudah untung. Itulah Good Asset atau aset yang baik yang akan memberikan anda uang , apabila aset sudah bisa bekerja sendiri untuk Ibu, itulah yang disebut Financial Freedom. Saya pernah bertemu seorang pensiun karyawan swasta yang sudah punya kos-kosan 3 unit di daerah Grogol dengan total kamar seluruhnya sekitar 50 unit. Yah rumayan lah kalo saja 1 kamar kos rata-rata Rp. 700 ribu yah total penghasilan kotornya Rp. 35 juta perbulan.....asyik. Sekali lagi jangan salah beli properti kos-kosan yah Bu....lebih baik beli yang udah jalan dan terisi....kalo masih kurang yakin. Selamat Mencoba.

Perencana Keuangan|Masalah Keuangan Keluarga :Penghasilan VS Pengeluaran

Pertanyaan: (Tgl. 15 Mei 2009)
Saya cukup tertarik dengan topik yang satu ini,”Penghasilan VS Pengeluaran” karena menurut saya ini juga menupakan kunci perekonomian keluarga yang sukse Dan saya pribadi merasa sangat ingin sekali bisa mengatur keuangan keluarga dengan menyeimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran sehari hari.apakah anda bisa bantu bagaimana sih caranya mengatur keuangan agar tidak berat sebelah alias boros,mengingat sampai sekarang saya tidak punya tabungan karena megingat gaji pas2an sementara kebutuhan hidup cukup tinggi.Thank’s 4 all. (Bp. DI di Kalimantan)

Perencana Keuangan Menjawab:
Masalah keuangan keluarga ini memang kompleks dan kami sudah membahasnya dalam pembahasan di Artikel Masalah Perencanaan Keuangan Keluarga . Singkatnya anda harus pintar-pintar memaksimalkan sumber penghasilan anda dan meminimalkan pengeluaran anda dengan mengatur dan mengelola anggaran belanja keluarga dengan bijaksana demi tercapainya Tujuan atau Rencana Keluarga anda.